Senin, 26 Mei 2014

Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia dan Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia
         Pancasila yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 merupakan dasar filsafat negara Republik Indonesia, menurut M. Yamin bahwa berdirinya negara kebanggsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan yang ada, seperti kerajaan Kutai, kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit.
          Kerajaan Kutai yang merupakan kerajaan pertamadan kerajaan Hindu tertua, berdiri sekitar tahun 400M. Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam Tenggaray. Beberapa raja yang pernah memrintah dikerjaan ini diantaranya adalah, Kudungga, Asmawarman, dan Mulawarman. Kerajaan ini memberikan andil terhadap nilai-nilai Pancasila seperti nilai-nilai sosial politik dalam bentuk kerajaan dan nilai Ketuhanan dalam bentuk kenduri, sedekah pada Brahmana.’
          Kerajaan Sriwijaya kerajaan ini berdiri sekitar tahun 650M. Raja yang pernah memimpin kerjaan ini adalah Syaliendra. Kerajaan inimerupakan kerajaan maritim yang mengandalkan kekuatan laut dan ¾ wilayah perairan diIndonesia adalah warisan dari kerajaan ini. Kerajaan ini juga mengembangkan bidang pendidikan terbukti Sriwijaya memiliki semacam universitas agama Budha yang sangat terkenal diAsia.
          Kerajaan Majapahit berada pada masa kejayaan ketika berada pada  masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada, hidup dan berkembang dua agama yaitu Hindu dan Budha. Majapahit melahirkan beberapa empu seperti empu Prapanca yang menulis buku Negara Kertagama (1365) yang didalamnya terdapat istilah “Pancasila”, sedangkan empu Tantular mengarang buku Sutasoma yang didalamnya tercantum seloka persatuan nasional “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya walaupun berbeda namun tetap satu jua. Tahun 1331 Mahapatih Gajah Mada mengucapkan sumpah Palapa yang berisi cita-cita untuk mempersatukan seluruh nusantara raya. Seiring berjalannya waktu, kerjaaan Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI dengan datangnya bangsa Eropa seperti Portugis, Spanyol untuk mencari rempah-rempah pada akhir abad XVI Belanda datang ke Indonesia dengan membawa bendera VOC (Verenigde Oast Indische Compagnic) atau perkumpulan dagang. 

1. Kebangkitan Nasional
Kebangkitan dunia timur pada abad XX dipanggung politik internasional tumbuh kesadaran akan kekuatan sendiri, seperti Philipina (1839) yang dipelopori oleh Joze Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905), adapun Indonesia yang diawali dengan berdirinya Budi Utomo yang dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo pada 20 Mei 1908, kemudian berdiri Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1909, Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927 yang didirikan oleh Soekarno, Cipto Mangun Kusumo, Sartono dan tokoh lainnya. Sejak itu perjuangan bangsa Indonesia mempunyai tujuan yang jelas, yaitu Indonesia merdeka. Perjuangan bangsa Indonesia diteruskan dengan adanya gerakan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air Indonesia. 

2.  Penjajahan Jepang
Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah suatu kebohongan belaka, sehingga tidak pernah menjadi kenyataaan sampai akhir penjajahan Belanda tanggal 10 Maret 1940, kemudian penjajah Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang pemimpin Asia, Jepang saudara tua bangsa Indonesia”. Tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun Kaisar Jepang, penjajah Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, janji ini diberikan Jepang karena Jepang terdesak oleh tentara Sekutu. Bangsa Indonesia diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaanya, dan untuk mendapatkan simpati dan dukungan bangsa Indonesia maka Jepang menganjurkan untuk memberntuk suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyumbi Tioosakai. Pada saat itu juga diumumkan Ketua (Kaicoo) Dr. KRT. Rajiman Widyodiningrat, yang kemudian mengusulkan bahwa agenda pada sidang BPUPKI adalah membahas tentang dasar negara.


3. Kronologi Perumusan Pancasila, Naskah Proklamasi dan Pembacaan Teks Proklamasi
29 Mei 1945 ( Sidang I BPUPKI)
Perumusan materi Pancasila oleh Mr. M. Yamin.
32 Mei 1945 ( Sidang I BPUPKI)
Perumusan materi Pancasila oleh Mr. Supomo.
1 Juni 1945 ( Sidang I BPUPKI)
Ir. Soekarno pertama kali mengusulkan nama istilah pancasila untuk dasar negara Indonesia. Beliau mengatakan bahwa nama Pancasila itu atas petunjuk teman kita ahli bahasa.
22 Juni 1945
 Piagam Jakarta disusun oleh Panitia Kecil yang terdiri dari 9 orang yaitu: M.Hatta. A. Soebardjo, A.A Maramis, Ir. Soekarno, Abdul Kahar Muzakir, Wachid Hasjim, Abikusno Tjokrosujoso, A. Salim dan M. Yamin.
10-16 Juni 1945 (Sidang BPUPKI)
Dibentuk Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan beranggotakan 19 orang yaitu: Ir. Soekarno, AA.Maramis, Otto Iskandardinata, Purbojo, A.Salim, A.Soebardjo, Soepomo, Maria, Ulfah Santoso, Wachid Hasjim, Parada Harahap, J. Laruhary, Susanto Tirtoprodjo, Sartono, Wongsonegoro, Wuryaningrat, RP. Singgih, Tan Eng Hoat, Hoesein Djajadiningrat, Sukiman.
Panitia Perancang UUD kemudian membentuk Panitia Kecil Perancang UUD yang beranggotakan 7 orang yaitu: A.Salim, A.Soebardjo, Soepomo, Wongsonegoro, RP. Singgih, AA.Maramis, Sukiman.
16    gustus 1945
Jam 04.30
Dibentuk Panitia Penghalus Bahasa, terdiri dari Soepomo dan Hoesein Djajadiningrat
Perumusan terakhir materi Pancasila disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai bagian dari Pembukaan UUD 1945.
Jam 18.00
LIHAT KEKERTAS CATATAN
Jam 23.30
Rombongan yang terdiri dari Mr. A. Soebarjo, Sudiro dan Yusuf Kunto tiba di Rengasdengklok dengan tujuan untuk menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta langsung menuju rumah Laksamana Maeda di jln. Imam Bonjol no. 1. Ditempat ini tokoh-tokoh bangsa Indonesia berkumpul untuk menyusun teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Teks proklamasi versi terakhir yang telah diketik, ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta.
17    Agustus 1945
Pembacaan teks Proklamasi oleh Ir. Soekarno di Pegangsaan Timur no. 56 (sekarang gedung Pola).


Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pengertian Filsafat
Secara etimologi, filsafat adlah istilah atau kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata, yaitu philo, philos, philein, yang mempunyai arti cinta/ pecinta/ mencintai dan sophia yang berarti kebijakan. Kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harafiah istilah berfilsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.
Berfilsafat berarti berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu, dengan kata lain =, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan.
Umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk, selain itu ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.

Pancasila Sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia
Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu dapat dilihar dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut kausa materiaisme karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman dalu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan tekad bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta perbuatannya.  Disisi lain, pandangan itu menjadi motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuannya. Dari pandangan inilah maka dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan kejiwaan apa saja yang akan coba diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila adalah buah hasil pikiran-pikiran dan  gagasan-gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik. Mereka menciptakan tata nilai yang mendukung tata kehidupan sosial dan tata kehidupan kerohanian bangsa yang memberi corak, watak dan ciri masyarakat Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain. Kenyataan yang demikian itu merupakan suatu kenyataan objektif yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia 

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang utuh saling berhubungan, melengkapi, saling bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tujuan tertentu, sehingga pancasila tidak dapat berdiri sendiri atau disebut Organis Majemuk Tunggal. Pancasila itu bersifat hirarki berbentuk piramida yang tidak bisa diacak(sudah disusun/bersusun). yaitu:
1. Causa Prima (Tuhan)
2. Manusia (Khalifah)
3. Persatuan (Kuat)
4. Rakyat (Unsur mutlak suatu negara)
5. Keadilan (Tujuan)

Prinsip Filsafat Pancasila
Causa Materialis
Asal bahan Pancasila adalah bangsa Indonesia itu sendiri, karena Pancasila di gali dari nilai-nilai adat
istiadat,kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa
Indonesia.
Causa formalis
Berhubungan dengan bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD '45 memenuhi syarat
formal (kebenaran formal).Causa efficient
Kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan Pancasila merijadi dasar negara
Indonesia merdeka.
Causa finalis
tujuan dari perumusan dan pembahasan pancasila yakni hendak dijadikan sebagai dasar Negara.

Kajian Filsafat Pancasila
1. Kajian Ontologis
Secara ontologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Menurut Notonagoro hakikat dasar ontologis Pancasila adalah manusia, karena manusia merupakan subjek hukum pokok dari sila-sila Pancasila. Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang berketuhanan Yang Maha berkemanusian yang adil dan beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya adalah manusia. Dengan demikian, secara ontologis hakikat dasar keberadaan dari sila Pancasila adalah manusia. Untuk hal ini, Notonagoro lebih lanjut mengemukakan bahwa manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontol memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Selain itu, sebagai makhluk individu dan sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, secara hierarki sila pertama Ketuhanan Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat sila-sila Pancasila.
2. Kajian Epistimologi
Kajian epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan (ilmu tentang ilmu). Kajian epistemologi Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Oleh karena itu, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
3. Kajian Aksiologis
Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakikatnya membahas tentang nilai praksis atau manfaat suatu pengctahuan tentang Pancasila. Karena sila-sila Pancasila sebagai suatu sistcm filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, maka nilai-nilai yang tcrkandung dalamnya pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.


Ciri Filsafat Pancasila
Sila pertama pada Pancasila menjiwai sila kedua,ketiga,keempat dan kelima.

Maksud Pancasila dikatakan organik majemuk tunggal adalah yaitu:
Organ = Tubuh (Bangsa Indonesia)
Majemuk = Banyak (Terdiri dari beragam suku bangsa)
Tungal = Satu Tujuan (Keadilan)

Sila kedua pada Pancasila menjiwai sila ketiga,keempat dan kelima.
Sila ketiga pada Pancasila menjiwai sila keempat dan kelima. 
Sila keempat pada Pancasila menjiwai sila kelima.
Sila kelima pada Pancasila dijiwai oleh sila  pertama, kedua, ketiga, dan keempat.



Sumber:
Bahan ajar/catatan materi perkuliahan softskill, Pendidikan Kewarganegaraan semester 2.
Muchiji, Achmad; Subiyakto; Mugimin dkk. 2006. Pendidikan Pancasila, Seri diklat kuliah. Jakarta: Gunadarma.








TUGAS 3 ETIKA PROFESI (Lanjutan)

Istilah-Istilah yang ada dalam Teknik Industri ! Bureau international des poids et mesures  ( BIPM ;  bahasa Inggris :  Internationa...